Welcome to my blog... :D

Selasa, 30 Agustus 2011

Selasa,30 Agustus 2011

       Siapa sih yang mau dikacangin??udah jelas pasti gada yang mau.
Aku juga kayak gtu,ga mau banget dikacangin sama orang-orang.
Tapi kenapa ya?aku tuh suka ngerasa dikacangin gtu sama orang-orang.
Gatau akunya yang sensitif,ga tau apa emang bener aku dikacangin?.
Kalo emang akunya yang sensitif,aku bakal berusaha buat jadi orang yang lebih positive thinking lagi dri sebelumnya,tapi..klo emang aku bener dikacangin,apa salah aku?.
Sebagai manusia,aku yakin aku punya salah,tapi kesalahan itu juga kan ga bisa semuanya aku sadari,aku inget.Makanya,aku butuh kritik dari kalian semua kalo suatu saat atau bahkan saat ini aku ngelakuin kesalahan.
Aku pengen jadi manusia yang bermanfaat buat semua orang,aku pengen jadi orang yang ada di dlm hati kalian semua.Tepatnya,AKU PENGEN JADI INSAN YANG LEBIH BAIK LAGI.
Tapi,aku yakin aku ga bisa ngelakuin perubahan itu sendiri,Aku butuh orang lain buat ngedukung aku.
Aku butuh kalian.
Teman...
Ajak aku untuk menjadi teman seperti apa yang kalian inginkan,Ajak aku untuk menjadi sahabat yang InsyaAllah akan terus berada disisi kalian.Ajak aku untuk bisa terus bahagia bersama kalian.Ajak aku ke tempat dan tujuan yg lebih baik lagi bersama kalian.Ajak aku ke masa yang paling indah bersama kalian...
Kalau mau,mari kita sama-sama berjuang untuk menjadi yang lebih baik lagi yuk teman..
Menjadi insan yang lebih berarti lagi untuk semua orang...
Karna aku yakin,berubah bersama2 menuju kebaikan bakal lebih mudah,
bakal lebih banyak lagi pahala yang kita dapatkan,yuk kita sama-sama...

-Selasa,30 Agustus 2011 malam yang indah dimana takbiran menggema dimana-mana-

 

Kamis, 16 Juni 2011

kata perpisahan itu akan datang hari sabtu









Selama 3 tahun sudah,
aku lewati semua kisah dan petualangan aku bareng anak qordova
hebat..petualanganku selalu menakjubkan dengan mereka...
apa yang kita alamin,yg kita rasain..secara kebetulan selalu sama..
jujur.aku sangat bangga punya temen kayak mereka...
mereka selalu ada di samping aku,bagaimanapun kondisi aku..
mereka berbeda dengan temen aku yg sebelumnya..
mereka mengerti satu sama lain,
mereka gak pernah ngebeda2in temen satu perjuangannya...
mereka selalu mencamkan dalam hati,kalau kita semua itu sama..
kita itu satu agama,satu darah,yang punya satu tujuan...
"BERJUANG DI JALAN ALLAH APAPUN CARANYA"
wallahi...aku bangga punya temen kayak mereka..
mereka temen yang sangat langka buat aku...
susah buat nyari temen yang sama kayak mereka lagi di SMA nanti...
sekarang,
tinggal satu hari lagi buat bersama mereka...
karena,kata perpisahan itu bakal menyambut kita di hari sabtu nanti,
dengan senyuman lebarnya, perpisahan berkata,
"hai,liana bersiaplah untuk dipisahkan..."
Gak!aku gak mau!gak mau! aku yakin,aku bakal menjerit seperti itu nanti di dalam hati...
tapi mau gimana lagi?
udah ketetapan Allah kita ditakdirin buat ngalamin kejadian yg kyk gini...
setelah hari itu...
aku cuman bisa mengenang...dan mengenang

Bandung,16 Juni 2011
jam 21:55 WIB
(pake air mate,ampe stress ga bisa apa-apa)

Senin, 23 Mei 2011

Sebuah Cerita Tentang Kasih Sayang


Pada suatu ketika, ada sebuah pulau yang dihuni oleh semua sifat manusia. Ini berlangsung lama sebelum mereka menghuni tubuh manusia, dan lama sekali sebelum kita mengotak-ngotakkannya kedalam istilah baik atau buruk. Pokoknya mereka ada, dengan ciri-cirinya sendiri.
 
Bahkan sifat-sifat tersebut berdiri sendiri sebagaimana manusia.
Mungkin itu sebabnya pada akhirnya mereka bersatu.
Dipulau tersebut hiduplah Optimisme, Pesimisme, Pengetahuan, Kemakmuran, Kesombongan, dan Kasih Sayang.
 
Sudah barang tentu sifat-sifat yang lain hidup disana juga. Pada suatu hari dimaklumatkan bahwa pulau tersebut pelan-pelan tenggelam. Ketika sifat-sifat tersebut mendengar berita ini, mereka dilanda kepanikan.
Mereka berlarian kesana kemari seperti semut yang rumahnya diinjak sampai hancur.
 
Setelah beberapa saat mereka mulai tenang dan merencanakan tindakan positif.
Karena hidup di pulau, kebanyakan dari mereka punya perahu, jadi mereka semua memperbaiki perahu mereka dan mengatur pemberangkatan dari pulau.
 
Kasih Sayang belum siap. Dia tidak memiliki perahu sendiri. Mungkin dia telah meminjamkannya kepada seseorang bertahun-tahun yang lalu.
Dia menunda keberangkatannya hingga saat-saat terakhir agar dia bisa membantu orang lain bersiap-siap. Pada akhirnya Kasih Sayang memutuskan bahwa dia harus meminta bantuan.
 
Kemakmuran baru saja berangkat dari dermaga didepan rumahnya yang besar.
Perahunya besar sekali, lengkap dengan semua teknologi paling mutakhir dan perangkat navigasi. Jika bepergian dengannya sudah pasti perjalanan mereka akan menyenangkan.
"Kemakmuran," panggil Kasih Sayang, "bolehlah aku ikut bersamamu?"
"Tidak bisa," jawab Kemakmuran. "Perahuku sudah penuh.
Berhari-hari kuhabiskan untuk memenuhinya dengan seluruh emas dan perak milikku.
Bahkan hanya tersisa sedikit ruang untuk perabotan antik dan koleksi seni. Tidak ada ruang untukmu disini."
 
Kasih Sayang memutuskan untuk minta tolong kepada Kesombongan yang sedang lewat didepannya menaiki perahu yang unik dan indah.
 
"Kesombongan, sudikah engkau menolongku?"
"Maaf, " kata kesombongan. "Aku tidak bisa menolongmu.
Tidakkah kau lihat sendiri? Kamu basah kuyup dan kotor. Coba bayangkan, betapa kotornya dek perahuku yang mengilat ini nanti jika kamu naik."
 
Lalu Kasih Sayang melihat Pesimisme yang sedang berusaha sekuat tenaga mendorong perahunya ke air.
Kasih Sayang meletakkan tangannya ke buritan kapal dan membantu Pesimisme mendorong perahunya.
 
Pesimisme mengeluh terus menerus. Perahunya terlalu berat, pasirnya terlalu lembut, dan airnya terlalu dingin. Sungguh hari yang tidak tepat untuk melaut.
 
Peringatan yang diberikan mendadak sekali, dan pulau ini tidak seharusnya tenggelam.
Mengapa semua kesialan ini terjadi padanya? Mungkin dia bukan teman seperjalanan yang menyenangkan.
 
Situasi Kasih Sayang sudah sangat kepepet.
"Pesimisme, bolehkah aku menumpang perahumu?"
"Oh, Kasih Sayang, engkau terlalu baik untuk berlayar denganku. Sikapmu yang penuh perhatian bahkan menjadikanku merasa lebih bersalah dan tidak keruan.
 
Bayangkan, seandainya ada ombak besar yang menghantam perahu kita dan engkau tenggelam. Bagaimana menurutmu perasaanku jika itu terjadi? Tidak, aku tidak bisa mengajakmu."
 
Salah satu perahu yang dilihat terakhir kali meninggalkan pulau adalah Optimisme. Dia tidak percaya dengan segala omong kosong tentang bencana dan hal-hal buruk, yaitu bahwa pulau ini akan tenggelam. Seseorang akan mampu berbuat sesuatu dan sebelum pulau ini benar-benar tenggelam.
 
Kasih Sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme terlalu sibuk menatap kedepan dan memikirkan tujuan berikutnya sehingga dia tidak mendengar.
 
Kasih Sayang berteriak memanggilnya sekali lagi, tetapi bagi Optimisme tidak ada istilah menoleh kebelakang. Dia sudah meninggalkan masa lalu dibelakang, dan berlayar menuju masa depan.
 
Pada saat Kasih Sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara, "Ayo, naiklah keperahuku."
Kasih Sayang merasa begitu lelah dan letih sehingga dia meringkuk diatas perahu dan langsung tertidur.
 
Dia tertidur sepanjang perjalanan sampai nakhkoda kapal mengumumkan bahwa mereka telah sampai ditanah kering dan dia bisa turun.
Dia begitu berterimakasih dan gembira karena perjalanannya berjalan aman sehingga dia berterimakasih kepada sang nakhoda dengan hangat, kemudian meloncat kepantai.
 
Dia melambaikan tangannya ketika pelaut itu meneruskan perjalanannya. Baru pada saat itulah dia sadar kalau lupa menanyakan nama nakhoda itu.
 
Ketika dipantai dia bertemu dengan Pengetahuan dan bertanya,"Siapa tadi yang menolongku?"
 
"Itu tadi Waktu"jawab Pengetahuan.
 
"Waktu?" tanya Kasih Sayang,
"Mengapa hanya Waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?"
 
Pengetahuan tersenyum dan menjawab,"Sebab hanya Waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih Sayang."

Jumat, 20 Mei 2011

Cerita Gadis Kecil dan Kakek Tua



Di suatu hari yang cerah, seorang anak sedang bermain dengan riangnya bersama ayah dan ibunya. Gadis kecil tersebut seperti tidak pernah kehabisan tenaga untuk mengajak ayah dan ibunya menemaninya bermain.

Di saat mereka sedang bermain, tiba-tiba datanglah seorang kakek tua menghampiri keluarga kecil ini. Dengan langkah tertatih, kakek tua ini mendekat kepada mereka.

Melihat kedatangan kakek tua, gadis kecil ini menengok ke arah kakek tua dengan tajam. Ayah dan ibu yang melihat sikap anaknya yang sedikit aneh ini lalu mengarahkan pandangannya ke arah yang sama dengan gadis kecil mereka tersebut.   

Sang Ayah gadis kecil ini lalu berjalan mengarah kepada sang kakek ini dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah mereka. Sang gadis kecil dan ibunya mengikuti ayahnya masuk ke dalam rumah mereka.

Ibu dari gadis kecil ini lalu menyiapkan makanan dan minuman bagi kakek tua ini. Gadis kecil yang sejak tadi melihat kakek tua ini lalu mendekat ke ayahnya. Ia melihat kedua orang dewasa di depannya sedang berbicara. Ibu pun datang dengan makanan dan minuman yang disajikan kepada sang kakek tua ini.

Tiba-tiba gadis kecil ini menghalangi ibunya. Sang ibu terkejut atas tindakan putrinya tersebut. Putrinya membuka tangannya seperti sedang meminta ibunya untuk memberikan tampan makanan dan minuman tersebut.

Sang ibu mengerti akan maksud dari gadis kecilnya ini dan mengatakan bahwa ia boleh membawanya tapi dengan ibunya juga. Sang anak mengerti dan mereka berdua pun membawa dan menyajikan bersama di meja dimana ayah dan kakek tua sedang berbicara.

"Ini makanan dan minumannya. Silahkan diambil, Kek," kata sang ibu

"Terima kasih, nak," jawab sang kakek

Seketika kakek ini ingin meraih makanan yang tersedia, gadis kecil dengan polosnya mengambil makanan tersebut. Kedua orangtuanya terkejut akan perilaku anaknya tersebut.

"Nak, mengapa kamu lakukan tersebut? Itu tidak sopan," kata sang ayah

"Aku mengambilnya untuk memberikan langsung kepada kakek ini kok yah. Ini kek, kuenya," jawab sang gadis kecil manis tersebut sambil tersenyum  

Sang kakek terharu melihat apa yang dilakukan oleh seorang anak kecil ini. Tak lama, air mata kakek ini pun keluar. Kakek ini berkata bahwa ia telah melihat ketulusan dan penghargaan luar biasa dari seorang anak kecil dan keluarga yang baru dikenalnya. Sang kakek ini pun memeluk gadis kecil ini sambil ucapkan terima kasih.

Segala sesuatu yang dilakukan dengan ketulusan hasilnya selalu luar biasa. Ketulusan dapat menjangkau hati yang tidak pernah tersentuh oleh kasih. Ketulusan juga yang membuat segala yang  dilakukan memiliki nilai yang tidak terhitung oleh apapun juga. Karena itu, nyatakanlah ketulusan dalam perbuatan-perbuatan kita. 

Selasa, 17 Mei 2011

Suara Seorang Kakak


Sebagian besar orang memperoleh inspirasi dalam hidup mereka. Mungkin dari percakapan dengan seseorang yang kau hormati atau sebuah pengalaman. Apa pun bentuknya, inspirasi cenderung membuatmu memandang kehidupan dari sudut pandang yang baru. Inspirasiku berasal dari adikku Vicki, seseorang yang baik hati dan penuh perhatian. Ia tidak peduli akan penghargaan atau masuk dalam surat kabar. Yang diinginkannya hanyalah berbagi cinta dengan orang yang dikasihinya, keluarga dan teman-temannya.
Pada musim panas sebelum aku mulai kuliah tingkat tiga, aku menerima telepon dari ayahku yang memberitakan bahwa Vicki masuk rumah sakit. Ia pingsan dan bagian kanan tubuhnya lumpuh. Indikasi awal adalah ia menderita stroke. Namun, hasil tes memastikan bahwa penyakitnya lebih serius. Ada sebuah tumor otak ganas yang menyebabkannya lumpuh. Dokter hanya memberinya waktu kurang dari tiga bulan. Aku ingat aku bertanya-tanya, bagaimana mungkin ini terjadi? Sehari sebelumnya Vicki baik-baik saja.
Sekarang, hidupnya akan berakhir pada usia begitu muda. Setelah mengatasi rasa kaget dan perasaan hampa pada awalnya, aku memutuskan bahwa Vicki membutuhkan harapan dan semangat.
Ia memerlukan seseorang yang membuatnya percaya bahwa ia dapat mengatasi rintangan ini. Aku menjadi pelatih Vicki. Setiap hari kami membayangkan bahwa tumornya menyusut dan semua yang kami bicarakan bersifat positif. Aku bahkan memasang poster di pintu kamar rumah sakitnya yang bertulisan, “Kalau kau memiliki pikiran negatif, tinggalkan pikiran itu di pintu.”
Aku sudah berbulat hati untuk membantu Vicki mengalahkan tumor itu. Kami berdua membuat perjanjian yang disebut 50-50. Aku berjuang 50% dan Vicki akan memperjuangkan 50% sisanya.
Bulan Agustus tiba dan kuliah tingkat tiga akan dimulai di universitas yang jaraknya 3000 mil dari rumah. Aku bingung, apakah aku harus pergi atau tetap menemani Vicki. Aku salah bicara, menyebutkan bahwa aku mungkin tak akan pergi kuliah. Ia menjadi marah dan menyuruhku untuk tidak khawatir karena dia akan baik-baik saja. Jadi, malah Vicki, yang berbaring sakit di tempat
tidur di rumah sakit, yang menyuruhku agar jangan khawatir. Aku sadar bahwa kalau aku tetap bersamanya, aku
mungkin akan menyiratkan bahwa dia sedang sekarat dan aku tak mau ia berpikir begitu. Vicki harus yakin bahwa ia dapat menang melawan tumor itu.
Kepergianku malam itu, merasakan bahwa ini mungkin terakhir kalinya aku melihat Vicki dalam keadaan hidup, adalah hal yang tersulit yang pernah kulakukan. Selama kuliah, aku tak pernah berhenti memperjuangkan 50% bagianku untuknya. Setiap malam sebelum tidur, aku berbicara dengan Vicki, berharap ia dapat mendengarku. Aku berkata, “Vicki, aku sedang berjuang untukmu dan aku tak akan menyerah. Asalkan kau tak pernah berhenti berjuang, kita dapat mengalahkan tumor ini.”
Beberapa bulan berlalu dan dia masih bertahan. Aku sedang berbicara dengan seorang teman yang lebih tua dan ia menanyakan keadaan Vicki. Aku bercerita bahwa kondisinya makin buruk, tapi dia tak menyerah.
Temanku melontarkan suatu pertanyaan yang benar-benar membuatku berpikir. Katanya, “Menurutmu, apakah dia bertahan itu karena dia tak mau mengecewakanmu?” Mungkin perkataannya benar? Mungkin aku egois, menyemangati Vicki untuk terus berjuang? Malam itu sebelum tidur, aku berkata padanya, “Vicki, aku mengerti kau sangat menderita dan mungkin kau ingin menyerah. Kalau memang begitu, aku mendukungmu. Kita tidak akan kalah karena kau tak pernah berhenti berjuang. Kalau kau ingin pergi ke tempat yang lebih baik, aku mengerti. Kita pasti bersama lagi. Aku menyayangimu dan aku akan terus bersamamu di mana pun kau berada.”
Keesokan paginya, ibuku menelepon, memberi tahu bahwa Vicki telah meninggal.
Sumber: Chicken Soup for the Teenage Soul, by James Malinchak